Mari kita semua bersyukur kepada Allah swt karena kita dijadikan
seorang muslim. Sebesar-besarnya nikmat adalah nikmat iman dan Islam.
Seyogyanya kita tidak memiliki perasaan bahwa sudah sepatutnya kita jadi
orang islam, karena bapak ibu kita dan kakek nenek kita juga orang
Islam. Sehingga kita menganggap bahwa seolah-olah Islam itu hanya karena
faktor keturunan, sebagaimana kita merasa
menjadi bangsa Indonesia karena bapak ibu kita orang Indonesia, dan
tidak mengerti bahwa menjadi orang Islam adalah anugerah Allah, karena
petunjuk Allah terhadap agama yang benar.
فمن يرد الله ان يهديه يشرح صدره للإسلام
“Barang siapa yang dikehendaki dan
dipilih oleh Allah untuk mendapat petunjuk-Nya, maka Allah akan
melapangkan dadanya untuk (memeluk) Islam”.
(QS. Al-An’am;125)
انّ الدّين عند الله الإسلام
“Sesungguhnya agama yang benar
menurut Allah adalah Islam”
(QS. Ali Imran ayat 19)
ومن يبتغ غيرالإسلام دينا فلن يقبل منه وهو فى الاخرة من الخاسرين
“Barang siapa yang memilih agama
selain Islam niscaya tidak akan diterima, diakhirat ia akan merasa rugi”
(QS. Ali Imran ayat 85)
Oleh karenanya, marilah kita bersyukur atas nikmat Islam tersebut
dengan ucapan Alhamdulillah. Juga bersyukur dalam
hati, yakni dengan merasa senang dan bangga menjadi orang Islam. Begitu
pula syukur melalui anggota badan, dengan cara menjalankan syariat Islam
secara sempurna, yakni menjalankan perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Itulah yang dinamakan takwa. Rasa syukur itu bisa pula
diwujudkan dalam bentuk perjuangan, agar agama Islam senantiasa
berkembang dan bisa diwaris oleh anak cucu kita. Jika kita menyukuri
nikmat Islam yang telah diberikan tersebut, Insyaallah Islam akan tetap
menjadi agama kita sampai kelak menghadap kepada Allah. Karena syukur
bisa diibaratkan dengan tali, ia bisa digunakan untuk mengikat nikmat
yang sudah diterima, juga untuk menangkap (menghasilkan) nikmat yang
belum diterima.
Selain bersyukur kita juga harus merasa khawatir, jangan sampai
nikmat Islam itu lepas dari genggaman kita. Seorang yang menjalani Islam
selama hidupnya sama artinya tidak Islam ketika di akhir hayatnya mati
menetapi su’ul khotimah. Oleh sebab itu, kita harus
menghindari hal-hal yang menyebabkan su’ul khotimah seperti
menyepelekan urusan shalat, berbuat lalai sehingga bisa kehilangan waktu
shalat.
Kemudian, amalan yang bisa dilakukan untuk menggapai khusnul
khotimah antara lain: membaca ayat kursi sehabis shalat, dan
memperbanyak bacaan Laa Ilaaha Illa Allah. Sebagaimana ada
ungkapan, bahwa seseorang biasanya akan meninggal dengan menetapi apa
yang biasa ia lakukan semasa hidupnya. Rasulullah juga
bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah
Laa Ilaaha Illa Allah maka akan masuk surga. Karena sudah nyata menjadi
orang Islam”. Kata Sayyidina Ali: “Sempurna-sempurnanya nikmat
adalah mati dalam keadaan Islam.
Diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, Rasulallah bersabda, “Ingatlah
bahwa sesungguhnya anak cucu bani adam dijadikan Allah bermacam-macam
tingkatan atau golongan. Ada yang lahir sebagai mukmin muslim sebab
bapak ibunya mukmin, lalu hidupnya tetap mukmin sampai mati. Ada
yang lahir kafir dan mati dalam keadaan kafir. Ada pula
yang lahir mukmin tapi matinya kafir, wal
‘iyadlu billah. Ada yang lahir kafir, hidup kafir tapi
matinya mukmin (khusnul khotimah). Wallahu a’lam
bisshawab.
Sumber : Kakilangit, edisi-42, Ponpes Langitan Tuban Jatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar