Sebelum seseorang melakukan aktifitas, tentu dibutuhkan niat yang baik. Sebab dengan niat yang baik itulah terpancar sinar dan menghasilkan pekerjaan yang baik pula. Dan sebaliknya, dengan niat yang tidak baik maka akan menghasilkan perkerjaan yang tidak baik pula, meski hal tersebut telah ditutup-tutupi dengan amal kebaikan.
Niat memiliki peranan yang penting dalam ibadah. Bahkan Imam Syafi’i mensyaratkan hampir semua ibadah dengan niat, kecuali dalam beberapa hal. Ini sesuai dengan Sabda Rasulullah Saw. “Bahwasannya sahnya amal manusia itu dengan niat. Dan (pahala) setiap manusia itu tergantung pada niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya (bernilai) kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrah-Nya karena dunia atau perempuan yang akan dinikahinya maka hijrahnya (bernilai) kepada dunia atau perempuan yang dihijrahinya.”
Hadits ini menerangkan bahwa barangsiapa beramal karena Allah dan mencocoki dengan apa yang dilakukan rasul, maka Allah akan memberinya pahala hingga menggapai ridho dan surga-Nya. Begitu pula sebaliknya, barangsiapa yang beramal kepada selain Allah, maka pahalanya kembali kepada selain Allah, dzat yang tidak memiliki kemanfaatan, tidak dapat membahayakan,tidak mendatangkan kehidupan maupun kematian.
Adapun ungkapan Nabi dalam hadits di atas menggunakan kata “hijrah” itu maksudnya mengucapkan sebagian namun dengan maksud kesemuanya. Yakni mengucapkan satu perkerjaan (hijrah), namun yang dimaksud adalah seluruh pekerjaan, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Barangsiapa yang ikhlas kepada Allah maka Allah akan memberikan pahala. Dan barangsiapa yang niat pada selain Allah, maka Allah tidak akan memberinya pahala.
Mengingat pentingnya niat ini, maka seyognyalah para pencari Tuhan agar berhati-hati dalam mengarungi samudra penghambaan agar apa yang dilakukan bernilai ibadah. Bukan amalan tanpa tujuan yang jelas atau (naudzubillah) amalan yang tidak karena Allah. Sehingga apa yang dilakukan sia-sia.
Monggo bersama-sama kita instropeksi diri, sudah benarkah niat kita dalam melakukan aktifitas sehari-hari?. Apakah benar kita melakukan aktifitas karena Allah atau sekedar takut pada atasan, istri, suami, mertua, atau yang lain. Benarkah niat puasa kita karena Allah atau ada niat-niat lain yang terselip. Semoga Allah selalu menuntut kita pada jalan keikhlasan. Semoga…
Sumber dari kitab Risalah Adubu Sulukil Murid karya Al-Habib Abdillah bin Alawi Al-Haddad Al-Hadrami. sumber: www.langitan.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar