Selasa, 15 Februari 2011
Selasa, 08 Februari 2011
FORUM SILATURRAHMI Ke-41
Dengan memohon ramat dan ridho Alloh SWT, kami mengharap kehadiran Bapak / Saudara Keluarga Besar BANI KARIMIN dalam rangka TEMU WAJAH yang ke-41 yang insya Alloh akan dilaksanakan pada:
Tanggal : 15 Pebruari 2011 /12 Robiul Awal 1432 H
Pukul 08.00 WIB
Tempat: Bpk. ABDUL MADJID / Siti Jilhanum BA Binti KH. Asrori (bani Sukhaemi)
desa Jemirahan Jabon Sidoarjo ( PONPES "DARUL HUDA")
Demikian undangan kami, atas perhatian dan kehadirannya kami ucapkan jaza kumulloh khoiron katsiro.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
ttd
KETUA
Senin, 07 Februari 2011
Bertqwa, urusan jadi mudah
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Hal ini yang selalu diwasiatkan oleh para Rasul, Nabi dan Ulama, serta diwasiatkan oleh setiap khotib jum’ah. Taqwa tidak hanya di masjid, tapi harus pula dilakukan di manapun berada. Di pasar, misalnya, ketaqwaan kita bisa diwujudkan dengan tidak berbuat curang dan menipu. Di sawah, dengan tidak menyakiti tetangga. Yakni dengan merampas hak-haknya secara dzolim. Taqwa di kantor atau tempat kerja berarti menghargai ketentuan yang berlaku, disiplin dan bersih. Datang terlambat atau mangkir saat tugas sama artinya dengan mengorupsi waktu. Demikian juga tindakan-tindakan penyelewengan lain.
Taqwa itu tidak hanya dengan melakukan ibadah seperti shalat, shodaqoh dan puasa. Atau meninggalkan dosa besar seperti zina, membunuh, mabuk-mabukan dan lain-lain. Tapi, juga menyangkut hal-hal kecil yang kita kerjakan sehari-hari. Bahkan termasuk bisikan-bisikan di dalam benak kita. Karena di sanalah tempatnya dengki, riya’, iri hati dan hasud.
Oleh karenanya, sudah selayaknya kita senantiasa melakukan koreksi diri, apakah segala tindakan dan bisikan hati kita selama ini sudah mencerminkan ketaqwaan kita terhadap Allah Ta’ala. Sesungguhnya ketakwaan itu sendiri segala manfaatnya akan kembali pada diri kita sendiri.
Bahkan, Allah Ta’ala telah menjanjikan kemudahan bagi hamba-hambanya yang bertaqwa. Firman Allah Swt:
من يتق الله يجعل له من امره يسرا
Barangsiapa yang bertaqwa, Allah Ta’ala akan memberikan kemudahan atas segala urusannya (QS. At-Tholaq:4).
Tentu saja bertaqwa itu bukan urusan sepele. Apalagi bagi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di pemerintahan. Di mana godaan untuk berbuat dosa menghampar di depan mata. Lebih-lebih jika kebetulan orang itu berada di tengah lingkungan yang kurang kondusif. Banyak kita dengar orang-orang mengeluh, bahwa ‘’Zaman sudah edan bila tidak ikut edan maka tidak kebagian.’’ Anggapan tersebut jelas-jelas salah kaprah. Karena ketetapan Allah Ta’ala berkaitan rizki semua mahluk ciptaannya sudah tertulis secara pasti. Baik mereka mencarinya dengan cara yang halal atau tidak, Allah Ta’ala tetap akan memberikannya. Lebih-lebih, Allah Ta’ala, di dalam Al Qur’an, telah berjanji:
من يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, akan dihamparkan kepadanya jalan keluar dan dilimpahi rizki di luar perkiraannya ( QS At Tholaq:2-3)
Orang yang benar-benar bertakwa tidak akan pernah berbuat aniaya terhadap sesamanya. Tidak akan menyengsarakan rakyat banyak dengan alasan apapun. Apalagi demi keuntungan pribadi dan kroninya. Orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman dan beramal saleh. Tak terbersit sedikitpun dalam hatinya kebencian, dengki dan iri hati. Apalagi berupaya untuk saling menjegal dan menikam punggung dari belakang. Mereka akan senantiasa menebar kebaikan kepada sesamanya. Karena, kepada orang-orang yang beriman, di dalam hati mereka, telah ditanamkan oleh Allah Ta’ala rasa kasih sayang. Hal ini bisa dilihat dalam firman Allah:
ان الذين امنوا و عملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا
Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. (QS Maryam 96)
Orang yang bertakwa, yang berarti juga beriman dan beramal saleh, tidak akan mendapatkan kesulitan yang berarti dalam kehidupannya. Bilapun dia mengalami persoalan maka banyak orang yang dengan senang hati akan membantunya. Tidak perlu jauh-jauh, di lingkungan sekitar, kita akan banyak mendengar cerita atau menjumpai secara langsung bagaimana Allah senantiasa memudahkan jalan bagi orang-orang saleh yang bertakwa. Wallahu a’lam bisshawab. sumber: www.langitan.net
Menghitung Ni'mat Alloh SWT
Pada dasarnya, nikmat dinniyah yang dianugerahkan Allah kepada umat Islam dapat digolongkan menjadi dua. Yakni nikmat taufiq dan nikmat Ismah. Taufiq itu sendiri berarti pertolongan dari Allah, berupa kekuatan diri untuk senantiasa menjalankan ta’at dan ketabahan hati menjauhi maksiat. Imam Ghozali menyebutnya anugerah, karena hal itu menjadi lantaran keselamatan manusia, baik di dunia maupun akhirat.
Selamat di dunia, berarti terbebas dari malapetaka dan musibah. Adakalanya musibah atau malapetaka yang menimpa manusia merupakan adzab atau siksaan di dunia yang diberikan oleh Allah Swt untuk melebur dosa. Sebagai ganti dari adzab akhirat yang berlipat-lipat lebih berat. Sedangkan selamat di akhirat adalah keberuntungan yang tak ada bandingannya, karena Allah menyediakan surga yang tak terbayangkan keindahannya.
Dan, nikmat yang kedua adalah ismah. Yaitu terpelihara dari perbuatan maksiat, dijauhkan dari bid’ah, baik perbuatan maupun keyakinan, dan dihindarkan dari perbuatan orang-orang yang sesat. Seperti kita ketahui bahwa belakangan ini begitu banyak kesesatan dan bid’ah bertebaran di sekitar kita. Mulai dari lahirnya aliran-aliran nyeleneh yang membawa nama Islam, hingga muncul orang-orang yang mengaku sebagai Nabi, Rasul, Jibril bahkan mengaku Tuhan.
Bagaimanapun juga terpelihara dari aliran dan keyakinan semacam itu adalah sebuah anugerah dari Allah Swt yang patut untuk disyukuri. Karena, di antara orang-orang yang terpengaruh aliran sesat tersebut, ada juga yang berpendidikan dan telah mengenal agama Islam.
Dari sekian banyak nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada umat islam, Islam adalah anugerah yang paling agung. Karena, Islam bukan hanya menuntun manusia pada jalan keselamatan ukhrowi, tapi juga membawa rahmatan lilalamin. Tatacara kehidupan manusia diatur sedemikian rupa, dari yang paling berat sampai urusan makan dan membasuh tangan. Islam juga memberikan pandangan yang berbeda terhadap kehidupan manusia, bahwa kehidupan ini tidak lagi hanya soal mencari makan. Dan manusia seharusnya membedakan dirinya dari hewan ternak yang dipelihara untuk bekerja.
Selain itu, masih banyak nikmat-nikmat lainnya yang tak ada satu pun bisa menghitungnya, kecuali Dzat Yang Maha Mengetahui. Sebagaimana firman-Nya:
وان تعدوا نعمت الله لا تحصوها, ان الانسان لظلوم كفار
“…Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim; 34).
Sekali lagi, kita wajib bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah dengan cara taat dan takut. Taat menjalankan segala perintah-Nya dan takut menerjang segala larangan-Nya. Meskipun pada hakikatnya kita bisa bersyukur itu adalah sesuatu yang harus kita syukuri pula. Wallohua’lam bisshowab. sumber: www.langitan.net